Perbincangan antara ibu dan anak semata wayangnya masih berlanjut.
Ia meronta ingin kembali pada pemilik rahim kemudian gagal hadir.
Karena berkali-kali ia merasa menyesal atas kehadiran dirinya sendiri.
Ia sedang lupa kalau sekian lama dirinya merepotkan dalam raga yang rela menampungnya dan merawatnya.
Bertahun-tahun, akhirnya hati yang terlampau keras berhasil lapuk.
Dituliskannya dalam secarik kertas;
Bu, nanti kalau Ibu terluka karena saya. Terkutuklah saya menjadi manusia paling bodoh dan kurangajar. Jadi, maafkan saya seperti yang sudah selalu Ibu lakukan tanpa saya meminta.