Sebuah Percakapan di Cafe

Zee
1 min readJun 20, 2020
Photo by Helena Lopes on Pexels

Gelap malam hari membawa aku dan seorang teman menuju Cafe terdekat yang saat itu kami temui. Aku asyik dengan tugasku, ia pun.

Tiba-tiba ia menatapku dengan wajah penuh keresahan memikirkan seseorang yang mengganggu pikirannya belakangan ini. Ia memulai percakapan;

“Emangnya, tujuanmu menulis apa dan kamu belajar dari mana?”, Tanyanya penuh penasaran.
Aku memasang peluru senyum sebelum memberinya respon;
“Kalau ditanya belajar, kita semua pandai menulis versi masing-masing. Tujuanku sendiri menulis, bukan untuk sebuah kompetisi. Tapi, dari dulu aku selalu kesusahan menuliskan apa yang bersemayam di kepalaku. Jadi, kalau kamu ingin, tinggal menulis saja”.

Beberapa minggu setelahnya kami tidak saling mengirim kabar karena kesibukan masing-masing. Namun, pada suatu waktu ia mengabariku;

“Terima kasih, ya. Aku telah menuangkan apa yang sulit aku ceritakan pada orang lain melalui sebuah goretan tulisan. Ya, walaupun tidak rapi tapi aku cukup lega”.

Aku memasang senyum lebar dan bergumam “Dirimu sendiri yang pantas mendapat ucapan terima kasih karena telah berani menuliskan apa yang mengganggu isi kepalamu”.

Entah bagaimana kabarnya sekarang.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet

Write a response