Pasung Ruh

Zee
1 min readJun 23, 2020
Photo by Jimmy Chan on Pexels

Isi kepala, isi hati saling beranjak silih berganti kesana kemari membentuk untaian benang frasa kusut.

Kemarin, kususun ia menjadi jahitan frasa bernilai estetika, penuh kedamaian. Sekarang ia berhamburan, belum pernah terpikirkan sebelumnya. Untaian model apa ini?

Aku ingin membuang frasaku yang telah kusut. Namun, isi hatiku memainkan perannya yang begitu kuat. Tersedu ia karena yang lama mengapa harus tertinggal, ditinggalkan?

Apakah manusia memang suka meninggalkan?

Apakah manusia kuatir ditinggalkan?

Apakah manusia suka dipasung?

Bukan, bukan waktunya menyalahkan. Pasung ruh (isi kepala, isi hati) perlu aku susun kembali.

Memilah bagian yang masih bisa kuberdayakan namun tidak terpasung.

Mendaur ulang yang masih bisa kubenahi.

Membuang sekat-sekat poros kekusutan diawali.

Memang manusia tidak pernah lepas dari pilihan. Bebas. Dibiarkan memilih tanpa memasung barang satu huruf pun.

Ketakutan akan kekusutan aku usir secara halus.

Kupelajari cara paling mendamaikan nan tepat sasaran.

Kusutku terlepas dari pasungan — ia akan merangkai frasa baru menemukan dirinya sendiri.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet