Aku Lupa Bernapas

Zee
Feb 20, 2021

Petir menyambar mengalahkan riakan sedu sedan.

Pulang dengan membawa kekalahan. Kalah lagi.

Meniti buih menjadi pemeo, semakin terdengar halus kian hari.

Kawan-kawan mengucap bangga, tiada henti.

Aku menang, menipu diri sendiri, sekali lagi.

Susunan kalimat indah, menghantam jalan napasku.

Aku lupa lagi, bernapas.

Semua orang mencintai, dengan caranya yang menghancurkan. Jangan, jangan terlalu.

Kerusuhan menyisakan luka. Luka yang indah, sudah habis pandangnya.

Rautnya tak kentara, tak pernah tercapai.

Licentia poentica jadi tempat mencari aman.

Awaknya terbagi-bagi, demi riang yang bukan pemilik.

Nyawa terengap-engap, setiap langkah seperti tidak nyata.

Aku (kembali) lupa bernapas.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet

Write a response