Kejadiannya tepat setahun lalu, aku menerima buku ini sebagai sebuah hadiah. Haruki Murakami, nama yang saat itu tidak asing namun juga tidak terlalu familiar untukku. ‘Norwegian Wood’ merupakan buku pertama dari karyanya yang aku baca.
Tidak banyak yang bisa aku ceritakan mengenai buku ini, hampa rasanya begitu aku selesai merampungkan tiap babnya. Buku yang seolah menegurku, Hey, ini kamu banget kan? Ya, buku ini memang canggih, bisa menjelaskan beberapa bagian dari diriku yang bahkan dengan sengaja tidak aku hadirkan. Setelah membacanya, aku jadi penasaran, berapa banyak puluhan rasa yang telah Murakami lewati untuk bisa merangkumnya menjadi sebuah buku se-gila ini. Karenanya, aku menjadi mengingat lagi bagian-bagian di dalam diriku yang mungkin tidak pernah aku beri perhatian. Ya, rasa hampa itu tadi.
Beberapa tokoh mampu menjelaskan betapa kompleksnya isi kepala manusia. Namun, hal tersebut seharusnya bukan menjadi suatu penghambat untuk bisa memberi kompromi satu sama lain. Ada salah satu tokoh yang menggugah perhatianku, Naoko. Salah satu kemiripan yang bisa aku rasakan ada padanya, saat dia menunjukkan kerapuhannya secara emosional. Aku merasakan, betapa sulitnya untuk kembali bangkit. Untuk menghilangkan suatu gangguan yang melekat dalam jiwa, entah seperti apa wujudnya.
Membaca suatu novel menjadi terapi sendiri bagiku, aku bisa merasa tenggelam, namun sama sekali tidak terengap-engap. Aku banyak belajar karenanya, dia yang menemaniku sejak aku mengerti rasa sepi, sejak kecil. Namun, baru kali ini rasanya membaca rangkaian cerita yang ending-nya membawaku pada rasa hampa. Aku tersengal menuliskan sampai bagian ini, karena benar-benar hampa yang ada. Ceritanya membuatku merasa harusnya aku ada di masa lalu, tapi takdir menegurku bahwa bukan aku yang menuliskannya. Kembali lagi merasa hampa, setelahnya. Watanabe, salah satu tokoh yang aku sadari kebejatannya, tapi anehnya bisa kuberi pemakluman sepenuhnya. Ada karakter kuat yang dimilikinya sehingga bisa membuatku penasaran dengan tokoh seorang Watanabe. Dua karakter yang kuat antara Naoko dan Watanabe membuatku ingin terus menyelami dan mengetahui isi pemikiran masing-masing dari mereka. Haruki memang hebat, mampu membuat tokoh beserta karakternya menjadi hidup dengan rasa hampa yang sulit dijelaskan.
Norwegian wood membawaku seolah bisa merasakan energi kehidupan lampau dan bagaimana hidup dikelilingi oleh orang-orang yang pelik dengan runutan cerita yang berbeda-beda. Isi cerita dalam buku ini yang akan selalu menemaniku saat rasa hampa itu muncul kembali. Karakternya begitu melekat, bahkan aku tidak ingin ada orang yang menuliskan cerita serupa dengan ini, jangan.