Tuhan Hadir di Sela-sela Dosa

Zee
2 min readMay 5, 2021
Photo by Linus Nylund on Unsplash

Aku bergeming setelah menatap sudut kamar berjam-jam tanpa melakukan kegiatan apapun.

Suara lirih itu terdengar sayup saling tindih dengan suara angin dari balik jendela kamarku. Sudah cukup bergelut dengan segala kegiatan di hari ini, ucapku kepada diri sendiri.

Diberi ruang untuk sejenak meredakan kepulan asap di sepanjang perjalanan pulang tadi. Hampir saja hati yang sudah keras ini, semakin mengeras diterpa kekacauan dan luka yang tidak kunjung sembuh.

Kemudian, aku tersungkur di dalam dekapan tubuhku sendiri. Aku membuka pegangan sekaligus penunjuk arah saat duniaku mulai runtuh. Dengan sengaja membuka pada bab-bab yang menerangkan Tuhan [masih] ada di dalam perangkap dosaku.

Ah, manusia ini memang lihai membual. Namun, ia seringnya lupa kalau diciptakan dengan penuh kelembutan dan dengan angkuhnya bersikeras melupakan perkaranya.

Lagi-lagi memarahi penciptaan dirinya yang, mengapa harus dihadirkan?

Mengaung, menuntut keadilan dari Tuhannya. Satu ayah menegurnya dengan penuh energi. Hey, keadilan Tuhan itu pasti, dan manusia tidak akan pernah bisa melampauinya. Khusus hati yang mengeras, makin pitam saat membacanya dengan menutup sebelah mata.

Dosa yang berulang tercipta, menduga Tuhan telah menjauhinya. Akalnya sungguh terbatas, itulah manusia sesungguhnya. Padahal, Tuhan bahkan hadir di setiap dosa, mengirimkan makhluk-Nya untuk merekam setiap jejak dosa yang ditinggalkan.

Aku bergumam, dosa tidak sengaja apa Tuhan masih mau menerima permaafannya? Tuhan kirimkan melalui ayah-Nya dengan begitu lembut dan berulang. Aku dituntun untuk mendekat pada-Nya kembali, kembali, dan terus kembali. Bagaimana bisa Tuhan tidak sekalipun jijik?

Aku menampar diriku sendiri, kamu yang tidak adil, hardikku kepada diri sendiri saat menuntut keadilan pada Tuhan, tetapi lupa bersikap adil. Tampaknya pun, Tuhan juga bahagia saja menyambutku bahkan saat aku sedang puyeng-puyengnya.

Tuhan ada di sini. Di sela-sela dosa dengan ampunan atau kenikmatan, hanya Tuhan yang tahu. Tapi, kutukan Tuhan tidak akan kejam, apalagi kesucian-Nya, mana bisa? Mana bisa? Mana bisa Tuhan berlaku demikian?

Tapi, ingatlah kalau tuhan juga hadir di sela-sela dosaku, yang sewaktu-waktu bisa membiarkanku pergi membungkus tabungan dosa itu.

Ingat, Tuhan bahkan hadir di sela-sela dosa, apalagi pada saat momen penuh cinta bersama-Nya?

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

Responses (1)

Write a response