
Pukul 23:45, menandakan 15 menit lagi detak jam akan berganti hari. Tubuh kecil ini kembali mengadu pada Tuhannya.
Ia kembali tersedu, meraup segala hal yang diendapkannya selama berhari-hari. Lima belas menit yang akan menjadi saksi bisu, betapa rapuhnya hati yang tak dijaga Tuhan.
Kali ini, Ia menyaksikan sendiri jiwanya sedang bertumbuh, ditunjukkan melalui kesanggupannya melalui semua yang Ia takuti, tiap menitnya, tiap hilirnya, tiap gantinya, sampai-sampai satu per satu ketakutannya menjelma hasil, memeluknya dengan pamrih. Diusap satu per satu tumpahan air mata yang belum lama juga hadir.
"You did your best! Please, Ozi you need to believe in yourself more more more and more💫" sekumpulan huruf menguatkan jiwanya yang berkali-kali menyusun ulang kepingannya. Belum pernah Ia melihat kembali dirinya yang sekarang, begitupun yang kemarin, dan nanti. Ya, nanti yang semua Ia pasrahkan pada Sang Empunya kehidupan.
Tersisa 8 menit, Ia tak mau huruf-huruf ini tidak tersimpan rapi. Di dalam laci yang dirawatnya dengan penuh kasih, caci, haru, pilu, dan bermacam-macam bentuk emosi lainnya. Ia kerahkan semua yang tidak mau orang lain tahu. Memang tidak semua hal harus diketahui orang lain, bukan? Biar Ia sadar, kalau memiliki diri sendiri terlebih dahulu memang selayaknya menjadi prioritas utama. Penting!
Ia tak mau lagi dicuri—jiwanya, raganya, batinnya, pandangannya, isaknya, dan semua yang melekat di dalam ruhnya.
Besok, kembali terhenyak dengan tubuh yang lebih kuat akarnya, lebih kokoh batangnya, lebih hijau daunnya.
Selamat bertumbuh, tubuh kecil🌱