
Kilas balik.
Sepertinya ada yang sedang marah, tapi bukan seperti manusia.
Hampir setahun ia berharap manusia satu itu merubah cara pandangnya, tapi selalu ia kecewa dengan pengharapan.
Terlalu batu
Padahal, ia paham kalau meninggalkan tanggung jawab bukan perkara mudah baginya.
Tapi tetap saja ia lakukan, akal nuraninya seperti batu saat itu, sulit dilunakkan oleh siapa pun.
“Apa lagi yang kamu cari? jelas kamu tidak oleh penghargaan”
“Kalau aku enggak suka sih manusia yang mengambil banyak tanggung jawab tetapi setengah-setengah menjalankannya”
“Nggapapa kamu bodoh, tapi kamu harus paham porsi untuk dirimu sendiri”
Kalimat-kalimat yang hadir pukul 12 malam hingga pukul 3 dini hari dan selalu terngiang-ngiang pada jam-jam kritis.
Ia merasa cukup jera atas segala keputusan gegabah karena terlalu mengikuti kehendak hatinya.
Memang benar bodoh, ia berpikir seperti robot yang punya stamina 24 jam dan hanya perlu di charge kalau kehabisan energi. Tapi, ia lupa satu hal; robot juga bisa rusak.
Ingin menyesal, ingin menangis, ingin menengok dan memutar balik semua apa yang menjadi keputusannya saat itu. Tapi ia terlambat.
Ini bukan tentang salah siapa.
Kalau sudah terjadi harusnya sudah paham dengan segala konsekuensi. Harusnya ia paham.
Belum tahu ia rasanya dimarahi semesta seperti apa, tapi semoga jangan.