“Rasanya hancur, Ra. 1,5 tahun bertahan. Ternyata belum juga hilang”
Hatinya kembali tersayat.
Jiwanya kembali meruntuh.
Badannya berusaha tegak.
Hidup tak melulu soal bertahan, pikirnya.
Tapi, hidup juga harus diberi penghidupan.
“Jangan runtuh dulu, An. Plis. Setidaknya tunggu aku menemuimu. Besok. Janji ya, mau bertahan sekali lagi?”
Besok kita coba sama-sama lagi; benak masing-masing saling bersua walau tak saling bersentuhan.