Lantang Dalam Senyap

Zee
1 min readNov 25, 2021
Photo by Dave Hoefler on Unsplash

Aku bersembunyi di balik luka-luka yang menjelma menjadi bentuk amarah.
Pada tatapan sinis yang kosong ke arah jalan-jalan tak berpenghuni.
Pohon-pohon menggugurkan daun kering yang mulai menguning satu per satu.
Di bawah tiap bintang paling terang berpijar di sana.

Aku bersembunyi di balik nanah yang menjelma menjadi bentuk tawa.
Di antara kesesakan penumpang yang sedang berusaha memikirkan segala cara untuk dapat bertahan hidup.
Bunga-bunga kembali layu, hujan belum turun juga membasuhi kelopaknya yang mulai mengering.

Aku bersembunyi di balik ujaran paling menyakitkan menjelma menjadi bentuk tetesan air mata.
Di sudut-sudut ruangan tak bercahaya, ia luruh satu per satu membentuk genangan.
Tembok-tembok yang mulai menguning menunjukkan kerapuhan.

Aku bersembunyi di balik secarik kertas berisi umpatan-umpatan manis.
Kita kembali menyapa akar-akar yang mencoba kuat menopang badannya.
Di tempat-tempat paling aman, mereka menjulang berusaha tegak ditengah rapuh yang hanya bisa ditelan lumat, dan terus bersembunyi di bilik tanah tempatnya mengakar.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet

Write a response