Maaf untuk Tuan

Zee
Oct 17, 2019

--

Tuan, waktu itu saya ingin Tuan menetap.

Tapi, Tuan tidak menjelaskan.

Pernah sekali, saya ingin Tuan lenyap.

Tapi, persoalan lenyap saja Tuan belum paham.

Tuan bilang jangan khawatir.

Tapi, Tuan tidak hadir.

Tuan bilang jangan pergi.

Tapi saya melihat nadir yang tersemat.

Tuan egois, saya juga.

Tuan angkuh, saya juga.

Tuan benar, saya belum sepenuhnya.

Tuan banyak berharap, tapi saya bilang; Selamanya tidak akan pernah menjadi ekspektasi Tuan.

Tuan mengatakan rindu sekali, bersamaan dengan kepercayaan yang Tuan bilang jangan terlalu.

Tuan pasti paham, tapi waktu belum mampu menjelaskan.

Saya enggan hadir, ataupun nadir.

Tapi, saya manusia biasa Tuan.

Saya akan tetap pada jiwa bebas yang membelenggu ini.

Tidak ada pembuka, makan bukan berarti tidak ada salam perpisahan, Tuan?

-di malam yang masuk angin-

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Zee
Zee

Written by Zee

I captured each moment through the art of writing

No responses yet

Write a response