
“Buka penutupmu sekarang!” Ia Ia membentak dengan membawa semua luka-luka lamanya yang belum pernah benar-benar sembuh.
Menukil barisan susunan huruf-huruf yang pernah diberi judul Amarah Pertama Pada Tuhan, akhirnya Ia pelan-pelan menemui pemahaman paling bijaksana menurutnya.
Sepucuk surat dari ujung Indonesia bagian Timur menghampirinya pada Senin pagi yang sejuk ketika embusan angin sepoi menembus pori-pori wajahnya. Perlahan, Ia buka perekat yang membungkus rapat amplop surat yang baru saja diterimanya, berharap isinya bukan tumpukan luka-luka yang pernah dibuangnya ke laut lepas. Tenang, tenang, tenang.. kata baru yang berhasil Ia ramu menjadi bagian dari dirinya yang sekarang. Tapi keberanian belum juga Ia jemput hingga mondar-mandir mencari kunci pengaman yang mampu mengendalikan tubuh kecilnya.
Untuk semua luka yang lama menetap, aku harap semoga kamu membaca ini.
Tinta ini aku dapatkan penuh perjuangan, melewati berbagai duri tajam, angin badai, petir menyengat, dan tempat-tempat sepi yang belum aku kenali seluk-beluknya, demi sepucuk surat ini agar sampai ke pelupuk matamu. Entah berapa lama aku akan menuliskannya, aku hanya memiliki keyakinan yang kuat bahwa surat ini pasti akan sampai di waktu yang tepat. Mungkin saat aku sibuk mencari kata paling tidak menyakitkan untuk dibaca, hatimu sudah jauh lebih kuat dan lapang dari yang pernah kukenal sebelumnya.
Sengaja tidak aku sematkan kalimat pembuka karena aku adalah bagian di tengah-tengah yang tidak pernah benar-benar kamu akui, tapi aku ada dan tetap memiliki keyakinan di suatu momen paling gelap dalam hidupmu, kamu pasti akan mencoba menemui bahkan merawatku dengan kelembutan hatimu. Tapi bagaimanapun, apa kabarmu sekarang? Aku tidak akan memaksamu untuk menjawab jujur karena aku tahu terkadang bibirmu sulit untuk bergeming hanya sekadar “Aku sedang melewati berbagai kepahitan dalam hidup.” Dari dulu aku hanya terbiasa mendengar “Aku baik-baik saja, apapun yang terjadi aku yakin akan baik-baik saja.” Tapi, apa sekarang semua jawaban itu masih akan sama persis? Lagi-lagi aku yakin, mungkin jawabannya masih akan sama persis. Cuma bedanya segala hal yang dulu hanya menjadi tumpukan-tumpukan penuh debu dan terabaikan telah berhasil kamu proses dan rawat dengan baik.
Semoga kamu menerima permohonan maafku sebab tidak pernah menawarkanmu obat, aku tahu kamu punya penawar yang lebih kuat daripada resep-resep ramuan yang entah siapa peraciknya. Aku yakin kamu telah menelanjangi tubuhmu dan memeriksa semua bagian-bagian yang rusak, yang hancur, yang berbekas. Semua hal masih biasa kamu simpan rapi, kan? Kalau surat ini kamu baca di suatu waktu kamu butuh untuk mencari alternatif penyembuhan, aku harap isinya tidak lagi menyakitkanmu.
Jauh sebelum kamu mengenal dirimu sendiri, ada banyak permohonan maaf yang seharusnya kamu dengar. Kalau kalimat itu belum juga menghampirimu, izinkan aku mewakili permintaan maaf dari relung hatiku paling tulus, dan semoga kamu sudah mampu memaafkan dirimu sendiri. Kamu pasti pernah sesekali membuat permisalan kalau saja bisa bertukar peran dengan mereka, akan ada banyak cinta di dalam hatimu untuk merawat mereka dengan penuh welas asih. Tapi kamu adalah sebagaimana Tuhan menciptakanmu dengan penuh cinta. Aku harap kamu tetap dipenuhi cinta dalam hatimu, bukan kebencian dan kedengkian yang hanya akan membunuh tubuhmu sendiri perlahan-lahan, aku yakin kamu tidak akan karena aku cukup mengenalmu.
Bertumbuh adalah mantra yang selalu kamu bawa sejak mengenal apa itu luka dan persoalan bagaimana cara menyembuhkannya. Ketidaksempurnaan sudah akrab kamu temui dengan tangan terbuka dan penuh penerimaan diri. Semua yang didasari rasa cinta kasih sayang pasti akan bertumbuh perlahan. Seperti kupu-kupu yang sebelum bisa terbang kemanapun Ia suka dengan sayap eloknya, harus melewati berbagai episode perihal diinjak, dibenci, dan dianggap menjijikkan keberadaannya sebagai seekor ulat. Kemudian Ia harus melewati rasa sakitnya menjadi kepompong, begitu kiranya filosofi bertumbuh yang selama ini kamu bawa, aku hapal betul bahkan pada setiap bagian terkecilnya.
Mereka-mereka yang belum pernah memiliki pemahaman perihal menyembuhkan luka dan menghentikan aliran racun hingga akhirnya sampai juga ke aliran darahmu, masih terus belajar bagaimana menjadi sebuah sikap yang lebih lantang dari kata-kata maaf yang belum sempat mereka bawa sebagai bekal. Setelah melewati episode ini, aku yakin kamu akan menemui mimpi-mimpi yang dulu dengan gegabah kamu kubur di tempat yang sebenarnya rapi dan penuh penjagaan, aku kenal bagaimana kamu tidak sampai tega hati membuangnya cuma-cuma.
Episode-episode baru akan kamu temui di perjalanan berikutnya, dan hatimu sudah lapang mengenali siapa dirimu. Bekalmu jauh lebih banyak untuk melanggengkan harapan yang coba kamu atur satu-persatu. Dan cinta yang banyak di dalam hatimu, semoga bisa turut bisa menjadi penawar kesembuhan bagi mereka yang tangannya masih kosong perihal kendali.
di Bumi, 19569.
Lamunannya tersentak membawa energi baru dalam jiwanya yang Ia kira rapuh dan tidak terselamatkan. Ia berhasil menelanjangi semua hal yang sebelumnya takut untuk ditemuinya, Ia rawat dengan sekantong kebijaksanaan yang tidak akan pernah dilepaskannya lagi hanya karena satu atau dua kerikil yang membuatnya terpleset. Ia bertumbuh, melesat jauh lebih dari yang pernah Ia takutkan.